Kamis, 20 November 2014

Semakin Banyak Memberi, Semakin Banyak Menerima

Kisah yang menyentuh, tentang suami istri yang saling mencintai dan saling setia. Mudah2an dapat menjadi renungan dan motivasi bersama di hari ini.
“Namaku Linda & aku memiliki sebuah kisah cinta yang memberiku sebuah pelajaran tentangnya. Ini bukanlah sebuah kisah cinta hebat & mengagumkan penuh gairah seperti dalam novel-novel roman, walau begitu menurutku ini adalah kisah yang jauh lebih mengagumkan dari itu semua.


Ini adalah kisah cinta ayahku, Mohammed Huda alhabsyi & ibuku, Yasmine Ghauri. Mereka bertemu disebuah acara resepsi pernikahan & kata ayahku ia jatuh cinta pada pandangan pertama ketika ibuku masuk kedalam ruangan & saat itu ia tahu, inilah wanita yang akan menikah dengannya. Itu menjadi kenyataan & kini mereka telah menikah selama 40 tahun & memiliki tiga orang anak, aku anak tertua, telah menikah & memberikan mereka dua orang cucu.

Mereka bahagia & selama bertahun-tahun telah menjadi orang tua yang sangat baik bagi kami, mereka membimbing kami, anak-anaknya dengan penuh cinta kasih & kebijaksanaan.

Aku teringat suatu hari ketika aku masih berusia belasan tahun. Saat itu beberapa ibu-ibu tetangga kami mengajak ibuku pergi kepembukaan pasar murah yang mengobral alat-alat kebutuhan rumah tangga. Mereka mengatakan saat pembukaan adalah saat terbaik untuk berbelanja barang obral karena saat itu saat termurah dengan kualitas barang-barang terbaik.

Tapi ibuku menolaknya karena ayahku sebentar lagi pulang dari kantor. Kata ibuku,”Mama tak akan pernah meninggalkan papa sendirian”.

Hal itu yang selalu dicamkan oleh ibuku kepadaku. Apapun yang terjadi, sebagai seorang wanita aku harus patuh pada suamiku & selalu menemaninya dalam keadaan apapun, baik miskin, kaya, sehat maupun sakit. Seorang wanita harus bisa menjadi teman hidup suaminya. Banyak orang tertawa mendengar hal itu menurut mereka, itu hanya janji pernikahan, omong kosong belaka. Tapi aku tak pernah memperdulikan mereka, aku percaya nasihat ibuku.

Sampai suatu hari, bertahun-tahun kemudian, kami mengalami duka, setelah ulang tahun ibuku yang ke-59, ibuku terjatuh di kamar mandi & menjadi lumpuh. Dokter mengatakan kalau saraf tulang belakang ibuku tidak berfungsi lagi, & dia harus menghabiskan sisa hidupnya di tempat tidur.

Ayahku, seorang pria yang masih sehat diusianya yang lebih tua, tapi ia tetap merawat ibuku, menyuapinya, bercerita banyak hal padanya, mengatakan padanya kalau ia mencintainya. Ayahku tak pernah meninggalkannya, selama bertahun-tahun, hampir setiap hari ayahku selalu menemaninya, ia masih suka bercanda-canda dengan ibuku. Ayahku pernah mencatkan kuku tangan ibuku, & ketika ibuku bertanya ,”untuk apa kau lakukan itu? Aku sudah sangat tua & jelek sekali”.

Ayahku menjawab, “aku ingin kau tetap merasa cantik”. Begitulah pekerjaan ayahku sehari-hari, ia merawat ibuku dengan penuh kelembutan & kasih sayang, para kenalan yang mengenalnya sangat hormat dengannya. Mereka sangat kagum dengan kasih sayang ayahku pada ibuku yang tak pernah pudar.

Suatu hari ibu berkata padaku sambil tersenyum,”…kau tahu, Linda. Ayahmu tak akan pernah meninggalkan aku…kau tahu kenapa?” Aku menggeleng & ibuku melanjutkan, “karena aku tak pernah meninggalkannya…”

Itulah kisah cinta ayahku, Mohammed Huda Alhabsyi & ibuku, Yasmine Ghauri, mereka memberikan kami anak-anaknya pelajaran tentang tanggung jawab, kesetiaan, rasa hormat, saling menghargai, kebersamaan, & cinta kasih. Bukan dengan kata-kata, tapi mereka memberikan contoh dari kehidupannya.

Selasa, 18 November 2014

Mengapa Harus Membenci?


Suatu malam, dengan bersungut-sungut Adi curhat ke ayahnya, “Ayah, temanku sungguh keterlaluan. Dia menghina dan mempermalukan aku di depan teman-teman. Aku sungguh marah dan benciiii… temanku itu.”

Setelah mengetahui cerita lengkapnya, sang ayah menasihati, “Sudahlah Di, ajak temanmu itu bicara baik-baik, agar tidak terjadi salah paham lagi. Jangan membenci tapi cobalah mengerti dan memaafkan dia.”

“Tidak bisa dong, Yah. Dia begitu jahat! Keenakan kalau aku berhenti membenci, serta memaafkan dia.” Dengan sengit Adi menyanggah nasihat ayahnya.


“Ya sudah, sekarang tidur deh. Besok pagi ada yang harus kita kerjakan.”

Pagi hari, ayah sudah menyiapkan sekarung kerikil yang digantung di pintu pagar belakang. “Adi. Anggap karung ini sebagai temanmu. Pusatkan kebencianmu pada kepalan tanganmu. Tinju sekeras-kerasnya dan sebanyak mungkin karung ini.”

Si Adi pun bersiap-siap. Akan tetapi, hanya tiga kali pukulan, dia merasa kesakitan.

“Aduuh….sakit, Yah,” teriak Adi sambil mengusap dan meniup kepalan tangannya yang mulai memar dan lecet.

“Kalau karung ini sama dengan teman yang kamu benci, apa dia merasa sakit seperti kamu sekarang?”

“Ya enggak lah, Yah.”

“Sama seperti yang terjadi padamu. Kebencianmu hanya menyakiti hatimu sendiri. Karena kalau teman itu kamu pukul pun, dia hanya sakit secara fisik. Itu akan cepat disembuhkan. Sedangkan kebencian dalam hatimu tidak akan berkurang, malah semakin besar menguasai hatimu. Sungguh menderita orang yang dipenuhi dengan kebencian. Apakah kamu mengerti?”

Netter yang LuarBiasa,

Kebencian adalah sumber penderitaan, ketidakbahagiaan dan penyakit mental bagi siapa saja yang memeliharanya. Karena saat kita membenci, sesungguhnya orang yang kita benci tidak merasakan apa-pun. Tetapi kebencian itu telah mampu menggerogoti kebahagiaan dan kedamaian kita.

Demi ketenangan, kedamaian, dan kebahagaiaan.. cobalah berdamai dengan diri sendiri dan buang semua rasa benci di dalam hati.  Niscaya hidup kita akan jauh lebih tenang, damai, dan bahagia.

Salam hangat luar biasa!

Kekuatan Hari Ini

Rendy dan Tomi adalah dua sahabat sejak duduk di bangku SMA. Setiap akhir tahun, secara rutin mereka bertemu melepas rindu dan bertukar kabar. 

“Wah Tom, tahun 2013 aku banyak nyeselnya, deh,” kata Rendy sambil menerawang ke belakang.  “Semangat belajarku amburadul sehingga nilai ujianku terlalu pas-pasan. Rasanya malu sama diri sendiri. Lanjutannya, aku jadi sering berantem dengan pacar gara-gara urusan sepele, dan akhirnya malah putus. Padahal aku masih sayang sama dia. Dan lebih celaka lagi, waktu aku pulang ke rumah ortu, karena emosi yang labil, eh, malah bikin masalah yang membuat ortuku marah besar. Duh. Aku kecewa dan menyesal dengan diriku sendiri.  Lalu bagaimana dengan kabarmu sobat?”


Tomi yang mendengar dengan tekun keluhan sahabatnya menyahut, “Udahlah, Ren…. Yang udah terjadi kan tidak bisa diulang lagi, ngapain disesalkan? Yang udah terjadi disesali juga tidak ada guna. Yang penting tahu di mana salahnya. Perbaikilah. Janji saja pada diri sendiri untuk enggak ngulang lagi. Beres, kan?” dengan lagak bijaksana Tomi berusaha menasihati sabahatnya itu.

Tomi melanjutkan, “Menurut aku, masa lalu biarlah berlalu. Sebenarnya yang perlu kita khawatirkan adalah masa depan kita. Setuju gak? Jujur, Aku sih cemas dan khawatir, setelah lulus mau ngapain, kita mau ke mana? Nyari kerja kan gak gampang. Udah masukin lamaran ke banyak perusahaan aja, belum tentu dapat panggilan.  Ayah dan ibuku mengharapkan aku pulang untuk membantu kerja di ladang. Aku gak tahu harus bagaimana menjawabnya. Menolak salah, tidak menolak juga salah. Mana pacar nanyain mulu keseriusan aku sama dia. Entah bagaimana kelanjutan hubungan kami juga belum jelaslah..”

Dalam diam mereka berdua bersitatap dan tiba-tiba tertawa bersama. “Hahaha…. pertemuan kita kali ini sungguh tidak biasa, ya?  Aku sibuk dengan kecewa pada diriku sendiri dan menyesali masa lalu, sedangkan kamu begitu khawatir akan masa depan yang tidak menentu. Kita seperti tidak hidup di dunia nyata, ya?” kata Rendy.

“Iya, bener.. Sepertinya ada yang salah, nih, dengan cara berpikir kita,” lanjut Tomi.


Netter yang Luar Biasa,

Memang benar, menyesali terus-menerus apa yang telah terjadi hari kemarin adalah kebodohan. Karena hari kemarin tidak mungkin kembali lagi. Sedangkan mencemaskan dan mengkhawatirkan masa depan yang belum tentu terjadi itu adalah penderitaan. Hanya hari ini yang menjanjikan kesempatan, kesuksesan, dan perubahan.

Maka, mari, jalani hari ini dengan penuh syukur, optimis, kerja cerdas, kerja keras, dan siap belajar tanpa henti. Niscaya potensi kita akan berkembang pesat dan kitapun bisa menciptakan sukses yang gemilang.

Salam sukses Luar Biasa!

Kamis, 06 November 2014

Sepatu Sang Permaisuri


Dikisahkan, di sebuah kerajaan, sang raja sangat mencintai istrinya yang cantik jelita. Semua keinginan sang permaisuri selalu dipenuhi. Di antara barang-barang mewah kepunyaannya, sang permaisuri sangat menyukai sepatu. Dia mengkoleksi ribuan sepatu. Dimanapun ada perancang sepatu yang terkenal, maka sang permaisuri memiliki koleksinya.


Saking banyak sepatunya, bila permaisuri hendak pergi, minimal beliau butuh waktu lebih dari 1 jam untuk memilih sepasang sepatu yang akan dikenakan. Itu menyebabkan sang permaisuri tertekan, mengalami sakit kepala hingga ke tulang belakang. Dari hari ke hari, penyakitnya semakin parah dan tidak kunjung membaik. Banyak dokter didatangkan ke istana untuk mengobati permaisuri, tetapi  tidak ada satupun yang berhasil.

Akhirnya raja membuat sayembara, “Barang siapa yang bisa menyembuhkan penyakit sang permaisuri akan diberi hadiah 50 keping emas.” Maka seluruh rakyat negeri itu pun berusaha mengerahkan berbagai macam cara untuk menyembuhkan ratu mereka, tetapi tidak juga berhasil.

Suatu hari, datang seorang pengemis ke istana. Walaupun berusaha diusir, tetapi si pengemis berteriak-teriak gaduh, memohon diizinkan bertemu permaisuri. Kebetulan sang permaisuri mendengar dan membolehkan si pengemis bertemu dengannya.

“Permaisuri yang cantik jelita, apa gerangan sakit yang diderita..?”

Tanpa basa-basi, permaisuri pun menceritakan sakit dan penderitaannya.

“Oooh hamba mengerti sekarang. Sekarang, tolong perhatikan sekujur tubuh hambamu ini. Lihat, kedua kaki hamba ini, cacat dari lutut k ebawah karena dimangsa binatang buas saat mencari kayu di hutan. Memang kaki hamba tidak utuh lagi, tetapi hamba masih hidup! Dan itu anugerah terbesar buat hamba. Dan saat ini, hamba kembali bersyukur. Tidak harus sakit seperti putri, karena hamba tidak butuh sepatu yang harus dipakai."

Setelah mendengar perkataan si pengemis, sang permaisuri mendadak berseru gembira, “Aha, terima kasih, Paman! Dibandingkan paman yang tidak memiliki kaki, saya harusnya bersyukur masih memiliki sepasang kaki yang utuh. Saya akan berikan sepatu-sepatu itu kepada orang lain dan saya sisakan beberapa saja. Dengan demikian, saya tidak perlu kebingungan karena harus memilih sepatu. Mudah-mudahan sakit saya pun akan pergi bersama sepatu-sepatu itu. Terima kasih sekali lagi, Paman”.

Netter yang LuarBiasa,

Sering kali, manusia lupa bersyukur dan sibuk mengeluh (misalnya tidak memiliki sepatu yang bagus) sampai akhirnya tersadarkan saat dia bertemu dengan orang yang hanya memiliki sepasang sepatu butut atau bahkan tidak memiliki kaki sama sekali.

Mempunyai keinginan atau cita-cita besar boleh-boleh saja, asal bukan dilandasi dengan perasaan serakah dan benci. Bila mengejar cita-cita dengan landasan berpikiran yang salah, maka pasti akan berakhir dengan ketidakbahagiaan. Lalu untuk apa punya kelebihan atau sukses tapi tidak bahagia? Jadi tentu... mampu bersyukur juga merupakan suatu kebahagiaan.

Salam sukses Luar Biasa!!

Anjing dan Sang Menteri


Alkisah, ada seorang raja yang memiliki 10 anjing ganas untuk menghukum karyawan istana yang bersalah sampai menterinya. Jika sang Raja menilai orangnya bersalah dan tidak berkenan atas kesalahan tersebut, mereka akan dilempar ke kandang anjing agar dicabik dan dimangsa oleh anjing-anjing ganas tersebut.

Suatu hari, seorang menteri membuat sebuah keputusan yang dianggap salah sehingga membuat Raja murka.  “Menteri! Atas kesalahan yang telah kamu perbuat, rajamu memerintahkan hukuman segera dijalankan. Besok, giliranmu masuk ke kandang anjing,” perintah Raja.


Si Menteri dengan wajah pucat berkata, “Paduka, hamba telah mengabdi kepada Paduka dan pekerjaan ini selama 15 tahun. Atas pengabdian hamba selama ini, hamba mohon waktu penundaan hukuman selama 30 hari saja. Setelah 30 hari, hamba akan menghadap dan siap menjalani hukuman.”  Sang Raja, setelah berpikir sejenak, akhirnya mengabulkan permintaan menterinya itu.

Dari sana, si menteri bergegas menuju kandang anjing dan meminta izin kepada penjaga untuk membantu mengurus anjing-anjingnya selama 30 hari. Walaupun merasa heran, tetapi karena menteri senior yang meminta, dia pun mengizinkannya. Sejak saat itu, si menteri membantu memelihara anjing-anjing, memberi makan, memandikan, membersihkan kandang, dan memberi perhatian dengan sebaik-baiknya. Setelah 30 hari, anjing-anjing itu pun menjadi jinak kepada si menteri.

Tibalah waktu eksekusi. Disaksikan Raja, dimasukkanlah menteri itu ke kandang anjing. Akan tetapi, betapa terkejutnya raja, saat melihat anjing-anjing ganasnya itu justru jinak padanya. Apa yang terjadi? Si menteri pun menjawab merendah, “Paduka, hamba telah ‘mengabdi’ pada anjing-anjing ini selama 30 hari dan mereka tidak melupakan jasaku. Tapi paduka… hamba telah mengabdi kepada kerajaan ini selama 15 tahun, dan paduka tega menjatuhkan hukuman ini pada saya. Mohon ampuni kesalahan saya.” Mendengar perkataan menterinya, baginda raja tersentak kesadarannya. Dengan rasa haru, akhirnya si menteri pun dibebaskan dari hukuman.

Netter yang Luar Biasa,

Dalam perjalanan kehidupan ini, sesungguhnya tidak terhitung jasa kebaikan yang telah kita terima. Baik dari orang yang tidak kita kenal, maupun terlebih dari orang-orang terdekat kita. Selayaknya kita bisa menghargai dan membalas kebaikan itu. Jangan hanya karena kejadian sesaat yang tidak mengenakkan, kita begitu mudah menghapus persahabatan atau persaudaraan yang telah terukir bertahun-tahun lamanya.

Mari, jadikan setiap kebaikan membuahkan kebaikan, sehingga setiap insan di muka bumi ini hidup dengan rasa aman, damai, dan membahagiakan.

Jejak Kaki yang Bermakna


Alkisah, ada sepasang suami istri yang sangat mengharapkan kehadiran momongan. Setelah melalui berbagai macam usaha dan waktu yang lama, akhirnya mereka dikarunia seorang putera yang berparas tampan. Sayangnya, si anak menderita kelainan bawaan yakni penyusutan otot sehingga berdampak pada kaki yang lemah yang tidak cukup kuat untuk menopang tubuh yang bertumbuh.


Kata dokter, "Bapak, ibu. Tidak ada cara lain untuk membuat putera Anda kelak bisa berdiri dan berjalan sendiri, yaitu dengan membiarkan dia berjalan dan melakukan segala sesuatunya sendiri. Anda berdua harus tega demi masa depannya. Itu satu-satunya jalan jika kelak ingin melihatnya bisa berjalan sendiri". Sejak saat itu, dengan penuh sayang dan hati yang pedih, mereka setiap hari harus melihat putera kesayangan bersusah payah belajar berjalan, terjatuh, sakit, kadang terluka hingga menangis dan kemudian harus mulai bangkit dan berjalan lagi. Begitu seterusnya.

Suatu hari, saat si anak berusia 9 tahun, terjadi peristiwa yang cukup tragis. Hari itu, udara begitu dingin, salju turun dengan cukup lebat. Jarak dari rumah ke sekolah kira-kira 1 kilometer. Saat sekolah usai, si anak sangat berharap orang tuanya akan datang menjemput dan membantunya berjalan pulang. Ditunggu-tunggu dengan cemas, hingga sekolah sepi, orangtuanya tak kunjung tiba. Hati anak itu pun dipenuhi dengan kekecewaan, kemarahan dan kebencian.

"Papa Mama kejam. Jahat. Tidak sayang padaku. Membiarkan aku menderita. Aku benci mereka!!" sambil mengertakkan gigi, dia pun berjalan pulang dengan langkah terseok-seok. Jalanan tertutup oleh salju dan itu sangat menyulitkan untuk mengatur langkah kakinya yang lemah. Setapak demi setapak. Berkali-kali dia jatuh, kesakitan, memar dan bahkan berdarah. Setiap kali terjatuh, hatinya semakin sakit dan kebencian kepada orang tuanya makin membara. Tekad di dadanya bulat untuk membenci orangtuanya seumur hidup.

Akhirnya...si anak tiba di depan rumah. Saat pintu dibukakan, ayah dan ibunya segera memeluk sambil menangis. "Anakku, kamu hebat sekali! Kami tahu kamu sangat menderita, kami melihat dari jauh setiap langkah dan kejatuhanmu, maafkan ayah dan ibu yang tidak membantumu. Tapi lihatlah ke belakang....bekas tapak kakimu di atas salju....dan itu adalah tapak kakimu sendiri, Nak. Kamu sendiri, berhasil melalui perjalanan sulit hari ini.

Ingat Nak, hari-harimu ke depan masih panjang dan tidak mudah, tetapi dengan kemampuanmu hari ini, papa mama yakin dan percaya, kamu akan bisa melaluinya, dengan percaya diri dan tanpa perlu bertopang kepada orang lain". Si anak pun segera larut dalam tangis bahagia. Karena ternyata orang tuanya bukannya tidak menyayangi tetapi mereka menunjukkan kasih sayang dengan membiarkan berjalan sendiri menyongsong masa depan yang akan dilaluinya nanti.

Netter yang luar biasa,

Kita sebagai orangtua, ketika anak mengalami kesulitan, cobalah untuk membiarkan mereka berdiri dan menemukan solusi. Biarkan mereka belajar dan berusaha. Justru keberanian untuk menanggung setiap kesulitan yang dihadapilah yang akan menjadikan anak kita sebagai pribadi yang tangguh, mantap, percaya diri, dan bertanggung jawab. Hingga kelak, tanpa kita, mereka akan bertumbuh sebagai manusia yang kuat dalam menghadapi problem yang muncul dan bisa menjadi pemenang dalam mengarungi lautan kehidupan ini.

Salam sukses, luar biasa!

Hidup Penuh Syukur


Hasil gambar untuk Hidup Penuh SyukurAlkisah, seorang pria muda sedang menyusuri jalan sepi dekat hutan. Tiba-tiba ia berpapasan dengan seorang pemuda lain yang berpenampilan lusuh dan berwajah murung. Karena ingin tahu, si pria muda mensejajarkan langkah dan bertanya, “Hai teman, kenapa kau bersedih? Ada masalah?”

Sambil menghela napas panjang, pemuda itu menjawab, “Hah. Hidupku begitu malang. Aku hanya punya tas ini dengan sedikit pakaian dan makanan. Cuma itu... Aku tak tahu harus berbuat apa.”


Mendengar kata-kata itu, si pria mendadak punya ide. Lantas ia bertanya, “Boleh aku lihat tasmu sebentar saja?” Tanpa curiga, si pemuda menyerahkan tasnya. Dan begitu tas diterima, pria itu langsung melesat lari membawa tas tersebut, meninggalkan pemuda itu melongo kaget tidak percaya.

Sadar tasnya dicuri, sambil bereaksi hendak mengejar si pencuri, pemuda itu meratap. “Oooh.. Nasibku sungguh sial. Tas satu-satunya hartaku hilang. Aduhhh..”

Pria yang membawa lari tas, ternyata tidak benar-benar berniat mencuri tas yang dibawanya. Tak jauh dari situ, ia berhenti dan mengintip dari balik semak, melihat keadaan si pemuda. Begitu mengetahui si pemuda sudah kembali melanjutkan perjalanan, pria itu segera bergegas mendahuluinya beberapa meter, meletakkan tas si pemuda di pinggir jalan, kemudian sembunyi lagi di balik semak.

Si pemuda, yang berjalan dengan lesu dan langkah gontai, tiba-tiba ia melihat tasnya tergeletak di pinggir jalan. Dengan penuh semangat, ia berlari, mengambil kembali tas dan memeriksa isinya. Ternyata masih lengkap! Betapa bahagianya pemuda tadi. Kini, ia melanjutkan perjalanan dengan bersiul riang dan wajah berseri-seri.

Pria yang tadi membawa lari tas si pemuda, melihat sambil tersenyum. Katanya dalam hati, “Hari ini aku membuatnya jadi orang paling bahagia!”

Netter yang bijaksana,

Kita biasanya kurang menghargai, apalagi mensyukuri apa yang kita miliki. Dan ketika yang dimiliki tiba-tiba hilang, kita baru menyesal, sedih dan merasa kehilangan.  Sesungguhnya, begitu banyak yang bisa kita syukuri, yakni: sisa waktu yang masih kita miliki, keluarga dan orang-orang yang kita sayangi, kesehatan, pekerjaan, harapan... dan masih banyak lagi.   

Mari selalu bersyukur agar kebahagiaan senantiasa bergelora di hati kita.

Salam hangat, luar biasa!

Rabu, 29 Oktober 2014

Jiwa Besar, Berkah Besar

Alkisah, seorang anak yang mengalami cacat tubuh dari lahir. Kondisi fisiknya sejak kecil hingga saat berusia 15 tahun ini sangatlah lemah. Berjalan pun harus menggunakan penyangga tubuh bahkan kursi roda selalu dipersiapkan di sekitarnya bila tubuhnya tidak lagi memiliki kekuatan untuk melakukan aktivitas.



Walaupun begitu, si pemuda kecil itu tidak pernah menampakkan raut muka yang sedih. Senyuman selalu menyungging di setiap kata-kata yang terlontar dari bibirnya. Mereka sekeluarga saling menyayangi dan bergantian memberi dukungan baik fisik maupun semangat.

Di suatu senja, saat berdua menikmati matahari kembali keperaduan, si kakak membuka pembicaraan, "Dik, kita berandai-andai nih, kalau bisa atau kalau boleh memilih atau kalau ada yang kamu inginkan dan ada yang mau memberi. Apa yang ingin kamu ubah di kehidupanmu sekarang?"

Sambil tersenyum santai si adik menjawab "Tidak ada."

"Jangan buru-buru menjawab. Pikir baik-baik dulu. Jika kamu diperbolehkan mengubah, apapun itu, apa yang ingin kamu ubah?" Si kakak penasaran mengulang pertanyaan yang sama.

"Tidak ada, Kak.. Tidak ada yang ingin aku ubah. Dan mengapa aku harus mengubahnya?" Tanyanya balik.

"Kamu tidak ingin bisa berjalan sendiri? Kamu tidak ingin terlepas dari tongkat penyanggamu dan kursi roda itu?" balas si kakak dengan nada sengit.

"Akh, tidak mau. Dengan tongkat penyangga dan kursi roda ini, aku tidak perlu capek berjalan dan mengantre di mana pun, hehehe... Kakak sendiri tahu kan, aku sudah bisa bermain bola dari kursi roda dan teman-temanku juga senang bermain denganku. Pokoknya tidak ada apapun yang ingin aku ubah," kata si adik tegas.

Setelah berdiam beberapa saat, si adik meneruskan bicaranya. "Kak, jangan marah dulu ya. Sungguh Kak, tidak ada yang ingin aku ubah di kehidupanku sekarang, karena aku tahu dan sadar, aku tidak mungkin bisa mengubah kondisi tubuhku yang lemah ini. Tetapi aku bahagia dan sangat bersyukur yaitu memiliki ayah, ibu, dan kakak yang sangat mencintaiku. Memiliki keluarga dan teman-teman yang baik, telah lebih dari cukup dari yang bisa aku harapkan. Dan aku tidak ingin mengubah semua ini dan menggantikannya dengan apapun."

Segera si kakak berbalik dan memeluk adiknya sambil berbisik, "Terima kasih Dik, kakak selalu menyayangimu."

Netter yang luar biasa,

Banyak orang menderita kehidupannya karena tidak mampu menikmati apa yang telah diperolehnya. Tetapi selalu mencari dan menginginkan sesuatu di luar jangkauannya, merasa sukses itu ada "di sana", bukan berada "di sini".

Maka berbahagialah orang yang mampu menerima keadaan hari ini apa adanya, tanpa mengerutu, mengeluh, dan tanpa kasihan pada diri sendiri. Mampu menerima keadaan yang tidak bisa diubah dengan iklas dan rasa syukur itulah jiwa besar yang harus kita kembangkan di dalam mengarungi kehidupan ini agar kita tetap mantap dan tegar dalam menatap hari depan.

Kita tersenyum saat  kita maju dan sukses itu adalah hal biasa namun bisa tetap tersenyum di saat kita dirundung ketidakberuntungan, itu barulah luar biasa! Itulah kekayaan hidup. Itulah pemenang sejati!

Membuka Kesadaran

Alkisah, ada seorang murid baru yang diperintah oleh gurunya untuk mengambil air di dekat sebuah sumur yang terletak di belakang perguruan.

Si murid pun bergegas menuju ke belakang untuk melaksanakan tugas yang diperintahkan. Tanpa berpikir panjang atau mempelajari situasi di sekitar sana, pikiran dan langkah kakinya langsung tertuju pada sumur dan ember untuk menimba air.



“Ahaa…itu dia ember kosong dan talinya,” serunya. Dengan gembira ,dia pun mulai memegang tali dan mengayunkan ember ke dalam sumur. Tetapi sampai tali yang dipegang di tangan hampir tiba di ujung, dirasakan ember nya tetap kosong, tidak juga menyentuh air di dalam sumur. Maka dia melakukan usaha lebih keras. Tubuhnya ikut dilengkungkan ke bawah seraya matanya menatap nanar berusaha menembus kegelapan sumur sambil tangannya sibuk mengayun-ayunkan ember. Tetapi tetap saja tidak ada apa pun yang tersentuh ember di bawah sana.  Panas yang terik dan usaha sepenuh hati yang dilakukan berkali-kali membuat keringat mengucur deras membasahi bajunya.

Murid itu pun mulai merasa kesal dan jengkel. Usahanya berkali-kali dan keinginannya untuk tidak menyerah tetapi tidak membawa hasil seperti yang diharapkan, membuat emosinya semakin memuncak.

Dari kejauhan, sang guru menyaksikan ulah si murid. Dengan senyum sabarnya dihampiri si murid. Melihat kedatangan gurunya, si murid segera berkata lantang, “Guru, saya sudah berusaha menimba air tetapi kelihatannya sumur ini sudah kering. Jika sumur ini tidak berair, mengapa Guru memerintahkan saya untuk mengambil air?”

Gurunya balik bertanya, "Berapa kali kamu menimba?"

Si murid menjawab dengan emosi, "Sudah berkali-kali. Lihat saja bajuku sampai basah kuyup begini!”

Sang Guru berkata lagi, "Kalau kamu merasa sumur itu kosong, mengapa harus terus menimba? Kamu marah, ya? Kemarahanmu sampai menutup kesadaran dan akal sehatmu ya?" PLAK!  Kepala si murid pun dipukul oleh sang Guru.

"Lihat ke samping sumur itu, di sana ada keran air. Tinggal dibuka krannya, airpun mengalir. Guru suruh kamu mengambil air di dekat sumur, bukan menimba di sumur!"

Seketika wajah si murid merah padam... dia merasa malu sekaligus merasa begitu bodoh. Telah membuang energi dan kemarahan tidak pada tempatnya.

Netter yang luar biasa,

Sering kali kita sibuk mengumbar emosi dan kemarahan, menyalahkan orang lain dan keadaan, tanpa alasan yang jelas dan benar. Karenanya, terkadang kita perlu mendapat "kesadaran" (baik dari diri sendiri maupun orang lain) dari kebodohan dan kesalahan yang tidak bijak. Sehingga  tidak perlu ada sesal di kemudian hari yang akan membebani langkah kita ke depan.

Sabtu, 18 Oktober 2014

Keahlian dan Kecintaan

Alkisah ada seorang pengusaha besar yang hendak membeli sebutir berlian jenis tertentu, untuk menambah koleksinya. Kebetulan, seorang pecinta dan penjual terkenal menemukan batu jenis itu dan menghubungi sang pengusaha agar datang untuk melihat sendiri batu berlian yang diminatinya itu.

Si pengusaha pun segera datang ke tempat yang dimaksud. Pihak penjual sudah menugaskan ahli berlian terbaik untuk memperlihatkan, menjelaskan secara rinci tentang nilai jual, terutama keindahan dan kehebatan berlian tersebut. Namun setelah mendengar penjelasan sangat rinci, sang pengusaha—anehnya—tidak menunjukkan minat dan malah membatalkan niat untuk membeli.


Saat berpamitan, tiba-tiba pemilik toko datang dan menyapa: “Tuan, tunggu sebentar. Sebelum Tuan mengambil keputusan, saya ingin menunjukkan berlian itu sekali lagi kepada Anda. Tolong beri sedikit waktu kepada saya karena saya tahu benar apa yang sebenarnya Tuan cari. Silakan masuk ke dalam”.

Pemilik toko tidak mengulang penjelasan yang diberikan orang kepercayaannya tadi. Dia sekadar memegang berlian itu di tangannya, memandang dan menikmati keindahan berlian di tangannya dengan penuh perhatian dan rasa sayang yang takjub sambil menjelaskan kecantikan berlian itu. Dia mengulas dengan  saksama mengapa berlian itu berbeda dari berlian lainnya yang pernah dilihatnya selama ini. Menariknya setelah mendengar penjelasan si pemilik toko, sang pengusaha tanpa ragu-ragu segera membelinya.

Sembari memasukkan barang yang baru dibelinya ke dalam tasnya, pengusaha itu berkata lagi pada si pemilik toko, “Pak, kenapa Bapak berhasil menjual berlian itu pada saya sedangkan orang kepercayaan Bapak tidak bisa?”

Sambil tersenyum, Pemilik toko itu menjawab, “Sejujurnya pak, orang saya itu yang terbaik di bidangnya. Dia punya pengetahuan yang luas tentang berlian dibanding siapa pun juga, termasuk saya sendiri, dan saya memberinya gaji besar untuk pengetahuan dan keahliannya itu. Tapi, saya akan senang menggajinya dua kali lipat jika saya bisa memberikan padanya sesuatu yang saya punya tapi dia tidak. Seperti Anda ketahui, dia lebih tahu tentang berlian, tapi saya lebih mencintai berlian. Saya pencinta alam dan penikmat keindahan batu-batu berharga”.

Netter yang Luar Biasa,

Dalam menjalankan bisnis di bidang apa pun, tentu pengetahuan atau knowledge yang luas sangatlah dibutuhan. Tetapi orang akan lebih menghargai pengetahuan itu jika disajjikan dengan disertai rasa cinta terhadap profesi dan produk yang ditawarkan.

Saat kita berkata jujur dan yakin bahwa apa yang kita tawarkan sungguh bernilai, maka kemungkinan customer akan melihatnya seperti itu juga. Dan kemampuan mengubah orang lain untuk memiliki perasaan dan kepercayaan yang sama seperti kita adalah kunci sukses seorang penjual.

Mari asah kemampuan kita untuk lebih mencintai profesi dan bersikap profesional dalam berbisnis, niscaya sukses besar akan dapat kita raih dalam genggaman kita.

Salam sukses Luar Biasa!!

Rabu, 15 Oktober 2014

Pembelajaran Tentang Marah


Alkisah, seekor ular memasuki gudang tempat kerja tukang kayu di sore hari. Kebiasaan si tukang kayu, membiarkan sebagian peralatan kerjanya masih berserakan dan tidak merapikannya. Nah ketika ular itu berjalan kesana kemari di dalam gudang, tanpa sengaja ia merayap di atas gergaji. Tajamnya mata gergaji,
menyebabkan perut ular terluka. Tapi ular beranggapan gergaji itu menyerangnya. Ia pun membalas dengan mematuk gergaji itu berkali-kali. Serangan itu menyebabkan luka parah di bagian mulutnya.

Marah & putus asa, ular berusaha mengerahkan kemampuan terakhirnya untuk mengalahkan musuhnya. Ia membelit kuat gergaji itu. Maka tubuhnya terluka amat parah dan akhirnya ia pun mati..

Netter Luar Biasa,

Kadangkala, di saat kita marah, kita ingin melukai orang lain. Tapi sesungguhnya tanpa disadari, yang dilukai adalah diri kita sendiri. Mengapa? Karena perkataan dan perbuatan di saat marah adalah perkataan dan perbuatan yang biasanya akan kita sesali di kemudian hari..

Mari, kita sama-sama belajar untuk tidak marah (atau setidaknya mampu meredakan marah) terhadap situasi buruk yang mungkin kita alami.

Kekuatan Berbagi


Alkisah, di suatu acara seminar yang dihadiri oleh sekitar 50 peserta. Tiba-tiba sang pembicara berhenti berkata-kata & mulai memberikan balon dengan warna yang sama kepada masing-masing peserta. Mereka diminta untuk menulis dengan spidol, nama masing2 peserta di balon tersebut. Kemudian, semua balon dikumpulkan & dimasukkan ke dalam ruang sebelah.

Terdengar perintah, “Perhatian kepada seluruh peserta, kami persilakan Anda pindah ke ruang  sebelah. Tugas anda adalah mencari dan menemukan balon yang telah tertulis nama Anda sendiri. Waktu yang diberikan... 5 menit dari sekarang!”

Semua peserta bergegas menuju ruang sebelah, sibuk mengambil balon yang paling dekat dan berusaha mencari nama mereka. Saat balon di tangan bukan nama sendiri, segera dilempar begitu saja dan melanjutkan mencari balon yang dilempar teman yang lain. Alhasil, mereka pun saling bertabrakan, mendorong dan berebut dengan orang lain di sekitarnya sehingga terjadi kekacauan.

Waktu 5 menit sudah usai, dan hanya 5 orang yang berhasil menemukan balon mereka sendiri.

Sang pembicara mengambil alih. “Stop! Waktu telah usai. Silakan Anda sekalian berdiri menepi.” Dengan sedikit kecewa, para peserta melepas balon dan menepi.

“Nah, sekarang, saya minta Anda secara acak mengambil balon, dan silahkan berikan kepada siapa saja orang yang namanya tertulis di balon itu.” Dan dalam waktu yang relatif singkat, dengan wajah gembira setiap peserta telah memegang balon dengan nama mereka masing-masing.

Lanjut sang pembicara, "Apa yang bisa kita simpulkan dari permainan balon kita kali ini? Kejadian seperti ini sering terjadi dalam kehidupan kita sehari-hari. Semua orang, setiap manusia, setiap waktu sibuk mencari kebahagiaan untuk diri sendiri, mirip dengan mencari balon mereka sendiri, dan berakhir dengan banyak yang gagal.

Tetapi berbeda dengan sesi kedua, saat kita mau memikirkan bahkan membantu orang lain, seperti pada saat Anda memungut balon dan memberikan kepada orang yang namanya tertera di balon, Anda telah membantu teman menemukan keberhasilannya. Begitu pun dengan Anda sendiri, menemukan dan menerima balon dari teman yang lain. Alangkah berartinya hidup pada saat menyadari bahwa bantuan kita membuat sukses orang lain dan keberhasilan kita juga karena bantuan dari orang lain. Sungguh kehidupan yang harmonis dan patut dijaga.”

Netter yang luar biasa,

Setiap manusia pasti membutuhkan orang lain dalam hidupnya, maka jangan pernah melupakan kebaikan orang kepada kita. Jangan pula merendahkan orang lain saat kesuksesan di tangan kita, karena tidak ada sukses yang abadi. Karena sesungguhnya, dengan memberi kebahagiaan kepada orang lain, maka kita adalah orang yang berbahagia.

Bencana Membawa Hikmah


Alkisah, dalam sebuah kesempatan, seorang pengrajin muda berniat mengikuti sebuah ajang pameran. Demi membawa karyanya dari desa ke kota, dia pun berangkat setelah menguras seluruh tabungannya, dengan harapan, kerajinannya bisa terjual habis dan keuntungan dari penjualan itu bisa dimanfaatkan untuk kemajuan hidupnya.


Setelah 2 hari mengikuti pameran, pengunjung melihat dan mengagumi karyanya tetapi penjualan tidak menghasilkan laba seperti yang diharapkan. Hatinya pun gundah, sedih dan nyaris putus asa. Di hari terakhir pameran, pengunjung memang datang membludak. Tetapi bukannya dagangannya terjual habis, malah terjadi kecelakaan yang tidak diharapkan. Salah seorang pengunjung tidak sengaja menyenggol hingga barang kerajinannya jatuh berantakan.

“Aduh, maaf, maaf. Saya sungguh tidak sengaja. Orang di belakang saya mendorong dan membuat saya menyenggol barang bapak...” Sambil tergagap, si pemuda berjongkok dan tangannya segera membantu memungut potongan-potongan kayu yang berserakan. Dari sanalah perkenalan mereka pun berlanjut dengan percakapan yang produktif. Ternyata hasil usaha mereka memadukan patahan dan potongan kayu menjadi utuh kembali, di kemudian hari menjadikannya sebagai ide bisnis membuat mainan puzzle kayu dengan beraneka bentuk. Keduanya pun sepakat menjalin kerja sama. Hasil kerajinan kayu milik si pengrajin, diolah ulang menjadi berbagai mainan kayu susun semacam puzzle.

Singkat cerita, mainan yang berawal dari musibah tersenggolnya kerajinan kayu hingga menjadi patahan-patahan, malah berakhir menjadi tren baru dan membantu orang tua dalam mendidik kreativitas anak-anak dengan permainan puzzle kayu. Sungguh bencana yang membawa hikmah.

Netter  yang luar biasa,

Memang kita tidak pernah tahu, kapan keberuntungan atau kesialan yang akan datang kepada kita. Tetapi setiap keadaan yang terjadi pasti membawa hikmah tersendiri, tergantung bagaimana cara pandang kita terhadap situasi yang muncul, entah hoki jika beruntung atau sebaliknya sial jika bencana yang tiba.

Tetapi jika kita tahu bahwa perubahan pasti terjadi, mari, persiapkan diri untuk tetap berkarya dan berusaha dengan sebaik-baiknya, demi menyambut hadirnya setiap kesempatan yang tak terduga dan berharap membawa keberuntungan bagi kita.

Salam sukses luar biasa!!!

Sabtu, 04 Oktober 2014

Perdebatan yang Tiada Guna


Alkisah di suatu padepokan, ada seorang guru yang sangat dihormati karena sikapnya tegas dan bijaksana. Suatu hari, dua orang murid menghadap kepadanya. Mereka bertengkar hebat dan nyaris beradu fisik. Keduanya berdebat tentang hitungan 3 x 7. Murid pandai mengatakan hasilnya 21. Murid bodoh bersikukuh bahwa 3 x 7 hasilnya adalah 27.

Kata murid bodoh dengan sengit, "Guru. Muridmu mohon keadilan. Jika benar bahwa 3 x 7 = 27 maka kawanku ini harus dicambuk 6 kali oleh Guru. Tetapi kalau dia yang benar bahwa 3 x 7 = 21 maka muridmu ini bersedia untuk memenggal kepala sendiri!!" Murid yang bodoh ini sangat yakin dengan pendapatnya bahwa 3 x 7 adalah 27.


"Katakan Guru, mana yang benar?" desak murid bodoh bersemangat.

Sambil menggeleng-gelengkan kepala, sang guru menjawab, “Pelajaran hari ini bukan siapa salah atau benar. Tapi tentang kebijaksanaan. Bagi murid yang tidak bijak, Guru putuskan hukuman cambuk 6 kali.” Si murid pandai jelas saja protes keras.

"Hukuman ini bukan untuk hasil hitunganmu.. tapi karena kamu tidak cukup bijak. Mau-maunya berdebat dengan orang bodoh yang tidak tahu kalau 3x7 adalah 21!!"

Sang guru melanjutkan, "Lebih baik melihatmu dicambuk dan menjadi arif, daripada harus melihat satu nyawa terbuang sia-sia! Ini peringatan buat kamu agar jangan lagi melakukan perdebatan yang sia-sia".

Netter yang Luar Biasa,

Sering kita sibuk memperdebatkan sesuatu yang tak berguna, entah dengan pasangan kita, rekan kerja atau teman sendiri. Selain hanya membuang waktu & energi untuk hal yang tidak perlu, malahan sering berakhir dengan kemarahan, kejengkelan bahkan kebencian bagi yang kalah, atau kesombongan dan tindakan menghina bagi yang menang. Sungguh tidak berguna alias sia-sia.

Mari membuka diri untuk terus belajar hal yang positif. Tidak merasa kalah saat pendapatnya tidak diterima dan tidak menjadi takabur saat terjadi yang sebaliknya. Selalu bisa menerima dan memahami kelemahan orang lain dan mampu memahami kelebihan orang lain tanpa harus berdebat dengan sia-sia.

Kisah Sebuah Batu Kusam


Alkisah, suatu hari seorang gadis menemukan sebongkah batu kusam di pinggir jalan. Meski hanya batu biasa, si gadis memungutnya dan menyimpannya baik-baik. Bahkan, setiap hari ia menggosok batu itu dengan hati-hati. Batu yang bukan permata itu dan karena terus digosok dan digosok, lama-kelamaan berubah menjadi mengkilat dan bersinar.

Si gadis pun membawa batu itu ke tukang permata untuk diolah menjadi sebuah liontin yang indah. Ajaibnya, di tangan ahlinya batu biasa itu berubah hingga menyerupai batu permata. Begitu berkilau dan sangat indah. Si gadis sungguh gembira melihat batu biasanya bisa berubah begitu rupa. Ia pun memamerkannya pada siapa pun yang dijumpainya. Sudah diduga, semua orang yang melihat mengira batu itu adalah permata yang mahal harganya. Si gadis semakin percaya diri dan selalu memakai liontinnya ke mana pun ia pergi.


Hingga suatu hari liontin batu itu terlepas dari ikatannya. Si gadis baru menyadari lama setelah itu, jadi dia sungguh tak tahu liontinnya hilang di mana. Hal ini membuatnya sangat sedih. Dia pun jadi kehilangan selera makan dan tidak bersemangat. Sampai suatu hari ada seorang kakek yang melihatnya sedang termenung. Bertanyalah si kakek tentang kesedihannya. Si gadis pun menceritakan semuanya.

Setelah si gadis selesai bercerita, berkatalah si kakek, “Anakku, sadarilah semua hal yang telah kamu lalui itu adalah proses menuju keberhasilanmu. Dulu kamu menemukan batu kusam di jalanan. Lalu, kamu mengambil dan menjaganya baik-baik. Selalu menggosoknya hingga akhirnya menjadi mengkilat. Dan di tangan tukang permata, batu itu menjadi lebih indah lagi, mirip permata. Ketahuilah, semua itu hanyalah proses. Dulu kamu tekun menjalani setiap tahapan mengubah batu kusam menjadi sebuah benda yang terlihat berharga. Batu itu sebenarnya hanyalah batu. Keuletanmu menjaganya itulah yang membuatnya lebih bernilai. Lalu, mengapa kamu jadi bersedih hanya karena kehilangan batu itu? Lihat di sekitarmu, masih banyak batu-batu kusam yang dapat kau jadikan batu yang berkilat indah. Ciptakan lebih banyak karya indah yang akan menceriakan hari-harimu dan membuat wajahmu berseri-seri. Itu jauh lebih penting daripada meratapi sebuah batu kusam yang hilang.”

Seketika si gadis diliputi kecerahan dan keceriaan. Dia sudah menyadari kebodohannya. Si gadis pun dengan gembira siap berusaha dan memproses lagi batu kusam menjadi permata.

Netter yang Bijaksana,

Kesuksesan sejati selalu diraih melalui proses perjuangan yang panjang dan berliku. Saat kesuksesan sudah di tangan kita, bisa saja kita mengalami kemunduran, kegagalan, dan kebangkrutan. Tidak usah takut, hidup ini selalu berubah. Jika kita gagal, kita frustrasi; dan saat kita sukses, kita lupa diri. Inilah baru bencana yang sebenarnya. Selama kita bersedia berjuang dari awal lagi dan tekun menjalani langkah demi langkahnya, keberhasilan demi keberhasilan akan kembali pada kita. Dan kebahagiaan akan kembali kita rasakan.

Mundur untuk Melompat Jauh


Suatu hari, seorang murid diajak berkeliling oleh gurunya. Di sepanjang perjalanan, sang guru memberikan berbagai wejangan kehidupan pada muridnya, yang mendengarkan dengan penuh perhatian. Rupanya, inilah hari terakhir sang murid sebelum turun gunung dan mengamalkan berbagai ilmu yang didapatnya.

Kemudian di tepi sebuah hutan, mereka menemukan sebuah sungai kecil yang tidak memiliki jembatan. Karena sungainya tidak terlalu lebar, sang guru dan murid tanpa kesulitan melompatinya sampai ke seberang. Hanya saja, karena langkah kaki dan ilmunya belum sehebat sang guru, si murid harus mengambil ancang-ancang dua langkah ke belakang.


Mereka pun meneruskan perjalanan sembari terus membicarakan banyak hal. Tanpa terasa, jalan mereka pun terus naik dan mendaki hingga kemudian sang guru berhenti di sebuah tebing jurang yang cukup tinggi.

“Nah, kita sudah hampir tiba di tempat tujuan. Sekarang, kita melompat ke ujung bukit di sana,” pesan sang guru yang tiba-tiba langsung melompat tinggi dan mendarat mulus di seberang. “Ayo, lompat!”

Si murid sejenak melongok ke dalam jurang. Meski tak terlalu dalam, tapi itu cukup untuk membuatnya sedikit ketakutan. Melihat itu, gurunya berujar, “Ayo, jangan takut! Itu jaraknya sama dengan sungai yang kita lewati tadi.”

Meski ragu, si murid pun berusaha menuruti gurunya. Ia merasa tak punya pilihan lain. Apalagi, gurunya mengatakan, jaraknya tak lebih lebar dari saat ia menyeberang di sungai yang tadi dengan mudah dilompatinya. Namun, saat berlari hendak melompat, tiba-tiba ia berhenti. Ia ragu-ragu, karena jika salah ambil ancang-ancang, akibatnya jauh lebih fatal dibanding saat melompati sungai.

Karena itu, si murid mencoba mengambil langkah mundur lebih jauh. Setidaknya, ia mundur hampir sepuluh langkah agar ia bisa berlari kencang sebelum melompat. Ketika mengambil jarak lebih jauh, kecepatan larinya berhasil membuat ia berhasil melompat jauh hingga sampai ke seberang dengan selamat.

Sembari mengelus kepala si murid dengan penuh kasih, sang guru memberi wejengan lain. “Muridku, kamu tahu apa yang membedakan lompatanmu saat di sungai dan di tebing jurang tadi? Meski jaraknya sama, keduanya punya tantangan yang berbeda.  Maka, kamu mengambil ancang-ancang mundur lebih jauh saat di tebing jurang untuk memastikan keselamatanmu.

Begitu juga dengan kehidupan ini. Kadang, saat tantangan yang lebih hebat menghadang, kita perlu mundur sedikit lebih jauh. Ini semata adalah upaya kita untuk bisa melompat lebih jauh dan tinggi. Maka, suatu kali nanti, jika kamu merasa mengalami kemunduran, kegagalan, kesulitan, bahkan jatuh.. jangan pernah berputus asa. Barangkali, itu justru langkah mundurmu agar bisa belajar melompat lebih tinggi.”

Netter yang Bijaksana,

Cerita di atas tepat sekali untuk menggambarkan sebuah pepatah bijak: “以退为进 / yǐ tuì wéi jìn” (mundur, untuk melompat jauh ke depan). Jika diresapi maknanya, akan melahirkan kekuatan di tengah hadangan dan terjangan badai kehidupan yang sering terjadi. Bahkan, saat mundur itulah, masa paling suram itulah, jika kita tahan, terus maju, ulet, makin kerja keras maka pintu sukses akan terbuka lebar.

Mari, jadikan setiap momen kesulitan, ujian, dan cobaan sebagai masa belajar dan evaluasi untuk memperbaiki keadaan. Jangan sesali dan jangan pernah mengeluh. Sebab, bisa jadi, ujian terberat itu justru membuka banyak peluang di masa depan.

Salam sukses, luar biasa!

Minggu, 28 September 2014

Manakah yang Lebih Menakjubkan ?


Kisah menakjubkan yang disampaikan oleh seorang da’i. Sang da’i berkata : “Pelaku kisah ini bercerita kepadaku”:


“Suatu hari aku bersafar dari Thoif menuju Riyadh bersama istri dan anak-anakku. Akan tetapi di tengah jalan mobilku rusak. Tatkala itu cuaca panas. Maka akupun berhenti di dekat salah satu pom bensin (*tempat peristirahatan yang juga lengkap dengan warung serta bengkel). Maka aku mengecek mobilku dengan memanggil seorang montir yang ada di bengkel disekitar pom bensin tersebut. Sang montir mengabarkan bahwa mobilku rusak berat, mesin penggeraknya rusak, hanya bisa diperbaiki di Thoif atau di Riyadh.


Maka akupun berdiri di bawah terik matahari, sementara istri dan anak-anakku tetap berada di dalam mobil. Aku tidak tahu apa yang harus aku kerjakan…, anak-anakku bagaimana…?, istriku?, mobilku?, aku bingung apa yang harus aku lakukan. Orang-orang melewatiku dan melihat kondisiku akan tetapi tidak seorangpun yang menyapaku, semuanya lewat dengan cuek. Hingga akhirnya tidak berapa lama kemudian ada seseorang yang lewat dan berkata, “Semoga Allah menolongmu…, semoga Allah memberi kemudahan padamu”. Ini adalah orang yang terbaik yang lewat, ia mendoakanku. Tak lama kemudian ada seseorang yang keluar dari pom bensin lalu berhenti di mobilku yang rusak lalu menyapaku,

“Assalaamu’alaikum”, Aku berkata, “Wa’alaikum salam”. Ia berkata, “Ada apa dengan mobilmu, semoga baik-baik saja?”. Aku berkata, “Mobilku rusak”. Rupanya orang ini punya keahlian tentang mesin mobil. Maka ia berkata, “Coba aku cek dulu ada apa dengan mobilmu…”. Setelah mengecek lalu ia berkata, “Ini rusak berat, tidak bisa diperbaiki”.
Aku berkata, “Lantas solusinya bagaimana?”. Ia lalu menyampaikan sebuah ide yang selama hidupku tidak pernah aku mendengar ide seperti ini, padahal ia tidak mengenalku dan aku tidak mengenalnya.

Ia berkata, “Akhi.., engkau membawa keluarga sedangkan aku hanya sendirian…, engkau masukkan saja istri dan anak-anakmu ke mobilku terus bawalah mobilku, lanjutkan perjalananmu ke Riyadh, dan bertawakkallah kepada Allah. Adapun aku gampang…, aku akan nungguin mobilmu, aku minum kopi di warung, dan aku makan siang…. Perjalananmu masih sekitar 400 km. Kalau kamu sudah sampai di Riyadh maka antarkan keluargamu di rumahmu, lalu kirim aja mobil pengangkut dari Riyadh untuk menjemput aku dan mobilmu. Aku akan menunggui mobilmu sampai datang mobil penjemput  !!”.

Aku berkata, “Wahai saudaraku…, engkau tidak mengenalku…bagaimana engkau memberikan mobilmu kepadaku !!”.
Ia berkata, “Perkaranya biasa aja…kan mobilmu juga sama aku, mobilku sama kamu”
Aku sungguh heran dengan sikap orang ini. Ia lantas segera mengeluarkan barang-barangku dari mobilku dan memasukannya ke mobilnya, lantas ia berkata…”Silahkan jalan, bertawkkallah kepada Allah”.

Maka akupun melanjutkan perjalananku hingga aku tiba di Riyadh di waktu maghrib, lalu akupun menyewa mobil pengangkut untuk menjemputnya dan mobilku. Dan ternyata mobil pengangkut tersebut baru sampai pada keesokan paginya. Hingga akhirnya ia baru sampai di Riyadh di waktu dzuhur. Begitu sampai Riyadh aku segera menemuinya untuk mengembalikan mobilnya. Aku berkata kepadanya, “Apa yang kau kehendaki..?, mungkin ada yang kau butuhkan…??, aku ingin membalas kebaikanmu”

Ia berkata, “Alhamdulillah…aku tidak melakukan apa-apa buatmu…mobilku sekarang kembali dan mobilmu juga sudah sampai ke Riyadh”
Aku berkata, “Kalau begitu, aku minta nomor teleponmu”, iapun memberikan nomor teleponnya dan kamipun berkenalan sebentar.

Setelah itu berjalanlah hari…berlalulah minggu…lewatlah bulan.. hingga suatu hari akupun berkumpul dengan sahabat-sahabtku membicarakan tentang perbuatan-perbuatan baik. Lalu aku ceritakan kepada mereka kisahku ini, tentang pertolongan dari seseorang yang aku tidak pernah mengenalnya dan ia tidak pernah mengenalku. Sungguh aku tidak menyangka ada kebaikan lagi di dunia ini hingga akhirnya aku bertemu dengan orang ini. Ia telah berbuat baik kepadaku.

Akupun teringat bahwasanya sudah lama aku tidak meneleponnya, maka akupun mencari nomor teleponnya, lalu akupun meneleponnya. Akan tetapi tenyata yang mengangkat telepon adalah istrinya. Maka aku berkata, “Dimanakah si fulan?”, ternyata istrinya menjawab dengan nada yang ketus, “Apalagi yang kalian inginkan…ia sudah dipenjara !!!”. Akupun terperanjat, aku bertanya, “Kenapa dipenjara?”. Istrinya dengan nada ketus berkata, “Kamu dan orang-orang yang sepertimu selalu saja datang dan menagih-nagih hutang hingga akhirnya suamiku dipenjara !!!”, Aku bertanya lagi, “Di penjara mana?”, maka istrinya mengabarkan bahwasanya ia dipenjara di sebuah penjara di Riyadh.

Maka keesokan harinya aku hendak berniat membalas kebaikannya. Maka akupun membawa uang sejumlah 100 ribu real (*sekitar 250 juta rupiah) lalu aku pergi menunju penjara tersebut. Aku menemui kepala penjara, lantas aku bertanya kepadanya, “Apakah si fulan dipenjara di sini?”, ia berkata, “Benar”. Aku berkata, “Masalahnya apa?”, ia berkata, “Karena masalah hutang”. Akupun mengeluarkan uangku 100 ribu real, lalu aku berkata, “Ini uang 100 ribu real, keluarkanlah ia dari penjara, dan jangan beritahu dari siapa. Sampaikan saja bahwasanya ada seorang dermawan yang memberikan, lunasi hutang-hutangnya dan keluarkanlah ia dari penjara”.

Kepala penjara tersebut lalu memanggil orang ini dan mengabarkan kepadanya bahwa ada orang yang ingin membebaskannya dengan menyumbangkan 100 ribu real. Kepala penjara berkata kepadanya, “Ambillah uang ini, semoga bermanfaat bagimu”. Akan tetapi ternyata  ia berkata, “Jazaahullahu khoiron, akan tetapi 100 ribu real ini tidak bermanfaat bagiku. Hutangku 3 juta real (*sekitar 7,5 milyar)”.

Rupanya orang ini telah masuk dalam perdagangan dan mengalami kerugian hingga akhirnya terlilit hutang sejumlah 3 juta real yang menyebabkan ia dipenjara karena tidak mampu untuk melunasinya. Lantas ia berkata kepada kepala penjara, “Ketahuilah uang 100 ribu real ini tidak bermanfaat bagiku, akan tetapi gunakan uang ini untuk membebaskan orang-orang yang dipenjara bersamaku yang kelilit utang 7 ribu real, atau 10 ribu real atau 20 ribu real“. Akhirnya dengan uang ini ia bisa membebaskan lebih dari 7 orang dari teman-temannya yang dipenjara.

Kepala penjara berkata, “Aku jadi bingung…manakah yang lebih menakjubkan…apakah perbuatan sang dermawan yang telah menyumbangkan 100 ribu realnya tanpa ingin diketahui…?, ataukah perbuatan orang yang dipenjara ini yang tidak memiliki uang sepeserpun dan dalam kondisi dipenjara lantas memberikan uang 100 ribu real untuk membebaskan teman-teman penjaranya??!!”

Setelah 2 atau 3 minggu kemudian maka aku kembali menelpon orang itu, dan ternyata yang mengangkat telepon kembali adalah istrinya. Lalu mengabarkan kepadaku bahwasanya suaminya masih saja dipenjara. Maka akupun kaget, lalu kututup teleponku dan segera aku berangkat menemui kepala penjara. Lalu aku berkata, “Akhi…3 minggu lalu aku kemari dan aku memberikan kalian 100 ribu real untuk membebaskan si fulan, lantas kenapa kalian belum membebaskannya?”. Kepala penjara berkata, “Wahai akhi…hutangnya 3 juta real, hanya 100 ribu real tentu tidak bisa membebaskannya. Akan tetapi wahai akhi…aku tidak tahu..mana yang lebih aneh dan menakjubkan…apakah perbuatanmu ataukah perbuatannya”.

Lantas kepala penjarapun menceritakan kepadaku apa yang telah terjadi. Maka akupun terperangah….aku berkata, “Sungguh orang ini luar biasa…!!!”. Lalu aku berkata kepada kepala penjara, “Kalau begitu berikan kepadaku bukti-bukti hutangnya 3 juta real”. Kebetulan aku adalah orang yang dilapangkan rizki dan juga aku punya banyak kenalan, maka akupun mencari bantuan dengan menemui orang-orang kaya hingga akhirnya setelah 3 bulan kemudian akupun bisa mengumpulkan 3 juta real, lalu akupun membayarnya kepada kepala penjara untuk membebaskannya”.

(Demikian ceritanya…diterjemahkan secara bebas oleh Ust. Firanda Andirja)
Diterjemahkan dari http://www.youtube.com/watch?v=PFQ8u-FBSj4&feature=player_embedded

Jumat, 26 September 2014

Jika Bisa Terbang, Mengapa Harus Berjalan?

Alkisah, ada seorang raja yang menerima hadiah dari Arab berupa dua elang falcon yang terlihat gagah. Elang ini termasuk jenis peregrine falcon (alap-alap kawah), merupakan burung paling indah yang pernah dilihat sang raja. Dia memberikan kedua burung berharga itu pada kepala pengurus elang falcon-nya untuk dilatih.

Hari demi hari pun berlalu, dan suatu waktu kepala pengurus itu memberi tahu raja kondisi perkembangan kedua alap-alap kawah itu. Meski salah satunya mampu terbang tinggi dengan gagahnya, yang lainnya tidak bergerak sedikit pun dari batang pohon sejak hari pertama dia tiba di istana.


Sang raja pun memanggil tabib dan para ahli lainnya dari penjuru negeri untuk merawat burung elang falcon ini, tapi tidak satu pun dari mereka yang berhasil membuat burung itu terbang. Akhirnya raja menyerahkan tugas ini kepada pejabat istananya.

Keesokan harinya, sang raja melihat lewat jendela istananya bahwa burung itu belum juga berpindah dari tempatnya bertengger. Merasa sudah melakukan semua cara, sang raja berpikir keras mencari cara lain, “Mungkin aku perlu seseorang yang lebih mengenali daerah pedesaan untuk memahami sifat dari persoalan ini.” Maka, sang raja segera memerintahkan pengawalnya. “Cepat panggil seorang petani!”

Esok paginya, sang raja merasa gembira melihat elang falcon itu sudah terbang tinggi di atas taman istana. Katanya kepada pengawas istana, “Panggil petani yang membuat keajaiban ini.”

Si pengawas segera menemukan petani itu, yang akhirnya menghadap sang raja. Sang raja bertanya padanya, “Bagaimana kau bisa membuat elang itu terbang?”

Dengan kepala tertunduk, petani itu menjawab, “Sangat mudah, Yang Mulia. Saya sekadar memotong ranting pohon tempat burung itu bertengger.”

Rekan-rekan Luar Biasa,

Ketahuilah bahwa kita semua diciptakan untuk “terbang tinggi”—dengan menyadari betul potensi kita yang luar biasa sebagai makhluk hidup. Namun alih-alih mencapai potensi itu, kita sekadar duduk-duduk santai di “ranting” kita sendiri, bertautan pada hal-hal yang sudah lazim bagi kita. Di luar sana yang namanya peluang itu tiada akhir. Tapi bagi kebanyakan kita, semua peluang itu masih menjadi misteri. Kita menyesuaikan diri dengan sesuatu yang lazim, yang nyaman, dan yang biasa-biasa saja. Dengan demikian untuk sebagian besar, hidup kita hanya biasa-biasa saja, alih-alih menggairahkan, menyenangkan, dan memuaskan.

Jadi, mari kita belajar untuk menghancurkan ranting-ranting ketakutan kita yang selama ini menjadi tempat kita menggelantung. Bebaskan diri kita pada kepuasan akan “terbang tinggi”.

Salam sukses luar biasa!