Rabu, 29 Oktober 2014

Jiwa Besar, Berkah Besar

Alkisah, seorang anak yang mengalami cacat tubuh dari lahir. Kondisi fisiknya sejak kecil hingga saat berusia 15 tahun ini sangatlah lemah. Berjalan pun harus menggunakan penyangga tubuh bahkan kursi roda selalu dipersiapkan di sekitarnya bila tubuhnya tidak lagi memiliki kekuatan untuk melakukan aktivitas.



Walaupun begitu, si pemuda kecil itu tidak pernah menampakkan raut muka yang sedih. Senyuman selalu menyungging di setiap kata-kata yang terlontar dari bibirnya. Mereka sekeluarga saling menyayangi dan bergantian memberi dukungan baik fisik maupun semangat.

Di suatu senja, saat berdua menikmati matahari kembali keperaduan, si kakak membuka pembicaraan, "Dik, kita berandai-andai nih, kalau bisa atau kalau boleh memilih atau kalau ada yang kamu inginkan dan ada yang mau memberi. Apa yang ingin kamu ubah di kehidupanmu sekarang?"

Sambil tersenyum santai si adik menjawab "Tidak ada."

"Jangan buru-buru menjawab. Pikir baik-baik dulu. Jika kamu diperbolehkan mengubah, apapun itu, apa yang ingin kamu ubah?" Si kakak penasaran mengulang pertanyaan yang sama.

"Tidak ada, Kak.. Tidak ada yang ingin aku ubah. Dan mengapa aku harus mengubahnya?" Tanyanya balik.

"Kamu tidak ingin bisa berjalan sendiri? Kamu tidak ingin terlepas dari tongkat penyanggamu dan kursi roda itu?" balas si kakak dengan nada sengit.

"Akh, tidak mau. Dengan tongkat penyangga dan kursi roda ini, aku tidak perlu capek berjalan dan mengantre di mana pun, hehehe... Kakak sendiri tahu kan, aku sudah bisa bermain bola dari kursi roda dan teman-temanku juga senang bermain denganku. Pokoknya tidak ada apapun yang ingin aku ubah," kata si adik tegas.

Setelah berdiam beberapa saat, si adik meneruskan bicaranya. "Kak, jangan marah dulu ya. Sungguh Kak, tidak ada yang ingin aku ubah di kehidupanku sekarang, karena aku tahu dan sadar, aku tidak mungkin bisa mengubah kondisi tubuhku yang lemah ini. Tetapi aku bahagia dan sangat bersyukur yaitu memiliki ayah, ibu, dan kakak yang sangat mencintaiku. Memiliki keluarga dan teman-teman yang baik, telah lebih dari cukup dari yang bisa aku harapkan. Dan aku tidak ingin mengubah semua ini dan menggantikannya dengan apapun."

Segera si kakak berbalik dan memeluk adiknya sambil berbisik, "Terima kasih Dik, kakak selalu menyayangimu."

Netter yang luar biasa,

Banyak orang menderita kehidupannya karena tidak mampu menikmati apa yang telah diperolehnya. Tetapi selalu mencari dan menginginkan sesuatu di luar jangkauannya, merasa sukses itu ada "di sana", bukan berada "di sini".

Maka berbahagialah orang yang mampu menerima keadaan hari ini apa adanya, tanpa mengerutu, mengeluh, dan tanpa kasihan pada diri sendiri. Mampu menerima keadaan yang tidak bisa diubah dengan iklas dan rasa syukur itulah jiwa besar yang harus kita kembangkan di dalam mengarungi kehidupan ini agar kita tetap mantap dan tegar dalam menatap hari depan.

Kita tersenyum saat  kita maju dan sukses itu adalah hal biasa namun bisa tetap tersenyum di saat kita dirundung ketidakberuntungan, itu barulah luar biasa! Itulah kekayaan hidup. Itulah pemenang sejati!

Membuka Kesadaran

Alkisah, ada seorang murid baru yang diperintah oleh gurunya untuk mengambil air di dekat sebuah sumur yang terletak di belakang perguruan.

Si murid pun bergegas menuju ke belakang untuk melaksanakan tugas yang diperintahkan. Tanpa berpikir panjang atau mempelajari situasi di sekitar sana, pikiran dan langkah kakinya langsung tertuju pada sumur dan ember untuk menimba air.



“Ahaa…itu dia ember kosong dan talinya,” serunya. Dengan gembira ,dia pun mulai memegang tali dan mengayunkan ember ke dalam sumur. Tetapi sampai tali yang dipegang di tangan hampir tiba di ujung, dirasakan ember nya tetap kosong, tidak juga menyentuh air di dalam sumur. Maka dia melakukan usaha lebih keras. Tubuhnya ikut dilengkungkan ke bawah seraya matanya menatap nanar berusaha menembus kegelapan sumur sambil tangannya sibuk mengayun-ayunkan ember. Tetapi tetap saja tidak ada apa pun yang tersentuh ember di bawah sana.  Panas yang terik dan usaha sepenuh hati yang dilakukan berkali-kali membuat keringat mengucur deras membasahi bajunya.

Murid itu pun mulai merasa kesal dan jengkel. Usahanya berkali-kali dan keinginannya untuk tidak menyerah tetapi tidak membawa hasil seperti yang diharapkan, membuat emosinya semakin memuncak.

Dari kejauhan, sang guru menyaksikan ulah si murid. Dengan senyum sabarnya dihampiri si murid. Melihat kedatangan gurunya, si murid segera berkata lantang, “Guru, saya sudah berusaha menimba air tetapi kelihatannya sumur ini sudah kering. Jika sumur ini tidak berair, mengapa Guru memerintahkan saya untuk mengambil air?”

Gurunya balik bertanya, "Berapa kali kamu menimba?"

Si murid menjawab dengan emosi, "Sudah berkali-kali. Lihat saja bajuku sampai basah kuyup begini!”

Sang Guru berkata lagi, "Kalau kamu merasa sumur itu kosong, mengapa harus terus menimba? Kamu marah, ya? Kemarahanmu sampai menutup kesadaran dan akal sehatmu ya?" PLAK!  Kepala si murid pun dipukul oleh sang Guru.

"Lihat ke samping sumur itu, di sana ada keran air. Tinggal dibuka krannya, airpun mengalir. Guru suruh kamu mengambil air di dekat sumur, bukan menimba di sumur!"

Seketika wajah si murid merah padam... dia merasa malu sekaligus merasa begitu bodoh. Telah membuang energi dan kemarahan tidak pada tempatnya.

Netter yang luar biasa,

Sering kali kita sibuk mengumbar emosi dan kemarahan, menyalahkan orang lain dan keadaan, tanpa alasan yang jelas dan benar. Karenanya, terkadang kita perlu mendapat "kesadaran" (baik dari diri sendiri maupun orang lain) dari kebodohan dan kesalahan yang tidak bijak. Sehingga  tidak perlu ada sesal di kemudian hari yang akan membebani langkah kita ke depan.

Sabtu, 18 Oktober 2014

Keahlian dan Kecintaan

Alkisah ada seorang pengusaha besar yang hendak membeli sebutir berlian jenis tertentu, untuk menambah koleksinya. Kebetulan, seorang pecinta dan penjual terkenal menemukan batu jenis itu dan menghubungi sang pengusaha agar datang untuk melihat sendiri batu berlian yang diminatinya itu.

Si pengusaha pun segera datang ke tempat yang dimaksud. Pihak penjual sudah menugaskan ahli berlian terbaik untuk memperlihatkan, menjelaskan secara rinci tentang nilai jual, terutama keindahan dan kehebatan berlian tersebut. Namun setelah mendengar penjelasan sangat rinci, sang pengusaha—anehnya—tidak menunjukkan minat dan malah membatalkan niat untuk membeli.


Saat berpamitan, tiba-tiba pemilik toko datang dan menyapa: “Tuan, tunggu sebentar. Sebelum Tuan mengambil keputusan, saya ingin menunjukkan berlian itu sekali lagi kepada Anda. Tolong beri sedikit waktu kepada saya karena saya tahu benar apa yang sebenarnya Tuan cari. Silakan masuk ke dalam”.

Pemilik toko tidak mengulang penjelasan yang diberikan orang kepercayaannya tadi. Dia sekadar memegang berlian itu di tangannya, memandang dan menikmati keindahan berlian di tangannya dengan penuh perhatian dan rasa sayang yang takjub sambil menjelaskan kecantikan berlian itu. Dia mengulas dengan  saksama mengapa berlian itu berbeda dari berlian lainnya yang pernah dilihatnya selama ini. Menariknya setelah mendengar penjelasan si pemilik toko, sang pengusaha tanpa ragu-ragu segera membelinya.

Sembari memasukkan barang yang baru dibelinya ke dalam tasnya, pengusaha itu berkata lagi pada si pemilik toko, “Pak, kenapa Bapak berhasil menjual berlian itu pada saya sedangkan orang kepercayaan Bapak tidak bisa?”

Sambil tersenyum, Pemilik toko itu menjawab, “Sejujurnya pak, orang saya itu yang terbaik di bidangnya. Dia punya pengetahuan yang luas tentang berlian dibanding siapa pun juga, termasuk saya sendiri, dan saya memberinya gaji besar untuk pengetahuan dan keahliannya itu. Tapi, saya akan senang menggajinya dua kali lipat jika saya bisa memberikan padanya sesuatu yang saya punya tapi dia tidak. Seperti Anda ketahui, dia lebih tahu tentang berlian, tapi saya lebih mencintai berlian. Saya pencinta alam dan penikmat keindahan batu-batu berharga”.

Netter yang Luar Biasa,

Dalam menjalankan bisnis di bidang apa pun, tentu pengetahuan atau knowledge yang luas sangatlah dibutuhan. Tetapi orang akan lebih menghargai pengetahuan itu jika disajjikan dengan disertai rasa cinta terhadap profesi dan produk yang ditawarkan.

Saat kita berkata jujur dan yakin bahwa apa yang kita tawarkan sungguh bernilai, maka kemungkinan customer akan melihatnya seperti itu juga. Dan kemampuan mengubah orang lain untuk memiliki perasaan dan kepercayaan yang sama seperti kita adalah kunci sukses seorang penjual.

Mari asah kemampuan kita untuk lebih mencintai profesi dan bersikap profesional dalam berbisnis, niscaya sukses besar akan dapat kita raih dalam genggaman kita.

Salam sukses Luar Biasa!!

Rabu, 15 Oktober 2014

Pembelajaran Tentang Marah


Alkisah, seekor ular memasuki gudang tempat kerja tukang kayu di sore hari. Kebiasaan si tukang kayu, membiarkan sebagian peralatan kerjanya masih berserakan dan tidak merapikannya. Nah ketika ular itu berjalan kesana kemari di dalam gudang, tanpa sengaja ia merayap di atas gergaji. Tajamnya mata gergaji,
menyebabkan perut ular terluka. Tapi ular beranggapan gergaji itu menyerangnya. Ia pun membalas dengan mematuk gergaji itu berkali-kali. Serangan itu menyebabkan luka parah di bagian mulutnya.

Marah & putus asa, ular berusaha mengerahkan kemampuan terakhirnya untuk mengalahkan musuhnya. Ia membelit kuat gergaji itu. Maka tubuhnya terluka amat parah dan akhirnya ia pun mati..

Netter Luar Biasa,

Kadangkala, di saat kita marah, kita ingin melukai orang lain. Tapi sesungguhnya tanpa disadari, yang dilukai adalah diri kita sendiri. Mengapa? Karena perkataan dan perbuatan di saat marah adalah perkataan dan perbuatan yang biasanya akan kita sesali di kemudian hari..

Mari, kita sama-sama belajar untuk tidak marah (atau setidaknya mampu meredakan marah) terhadap situasi buruk yang mungkin kita alami.

Kekuatan Berbagi


Alkisah, di suatu acara seminar yang dihadiri oleh sekitar 50 peserta. Tiba-tiba sang pembicara berhenti berkata-kata & mulai memberikan balon dengan warna yang sama kepada masing-masing peserta. Mereka diminta untuk menulis dengan spidol, nama masing2 peserta di balon tersebut. Kemudian, semua balon dikumpulkan & dimasukkan ke dalam ruang sebelah.

Terdengar perintah, “Perhatian kepada seluruh peserta, kami persilakan Anda pindah ke ruang  sebelah. Tugas anda adalah mencari dan menemukan balon yang telah tertulis nama Anda sendiri. Waktu yang diberikan... 5 menit dari sekarang!”

Semua peserta bergegas menuju ruang sebelah, sibuk mengambil balon yang paling dekat dan berusaha mencari nama mereka. Saat balon di tangan bukan nama sendiri, segera dilempar begitu saja dan melanjutkan mencari balon yang dilempar teman yang lain. Alhasil, mereka pun saling bertabrakan, mendorong dan berebut dengan orang lain di sekitarnya sehingga terjadi kekacauan.

Waktu 5 menit sudah usai, dan hanya 5 orang yang berhasil menemukan balon mereka sendiri.

Sang pembicara mengambil alih. “Stop! Waktu telah usai. Silakan Anda sekalian berdiri menepi.” Dengan sedikit kecewa, para peserta melepas balon dan menepi.

“Nah, sekarang, saya minta Anda secara acak mengambil balon, dan silahkan berikan kepada siapa saja orang yang namanya tertulis di balon itu.” Dan dalam waktu yang relatif singkat, dengan wajah gembira setiap peserta telah memegang balon dengan nama mereka masing-masing.

Lanjut sang pembicara, "Apa yang bisa kita simpulkan dari permainan balon kita kali ini? Kejadian seperti ini sering terjadi dalam kehidupan kita sehari-hari. Semua orang, setiap manusia, setiap waktu sibuk mencari kebahagiaan untuk diri sendiri, mirip dengan mencari balon mereka sendiri, dan berakhir dengan banyak yang gagal.

Tetapi berbeda dengan sesi kedua, saat kita mau memikirkan bahkan membantu orang lain, seperti pada saat Anda memungut balon dan memberikan kepada orang yang namanya tertera di balon, Anda telah membantu teman menemukan keberhasilannya. Begitu pun dengan Anda sendiri, menemukan dan menerima balon dari teman yang lain. Alangkah berartinya hidup pada saat menyadari bahwa bantuan kita membuat sukses orang lain dan keberhasilan kita juga karena bantuan dari orang lain. Sungguh kehidupan yang harmonis dan patut dijaga.”

Netter yang luar biasa,

Setiap manusia pasti membutuhkan orang lain dalam hidupnya, maka jangan pernah melupakan kebaikan orang kepada kita. Jangan pula merendahkan orang lain saat kesuksesan di tangan kita, karena tidak ada sukses yang abadi. Karena sesungguhnya, dengan memberi kebahagiaan kepada orang lain, maka kita adalah orang yang berbahagia.

Bencana Membawa Hikmah


Alkisah, dalam sebuah kesempatan, seorang pengrajin muda berniat mengikuti sebuah ajang pameran. Demi membawa karyanya dari desa ke kota, dia pun berangkat setelah menguras seluruh tabungannya, dengan harapan, kerajinannya bisa terjual habis dan keuntungan dari penjualan itu bisa dimanfaatkan untuk kemajuan hidupnya.


Setelah 2 hari mengikuti pameran, pengunjung melihat dan mengagumi karyanya tetapi penjualan tidak menghasilkan laba seperti yang diharapkan. Hatinya pun gundah, sedih dan nyaris putus asa. Di hari terakhir pameran, pengunjung memang datang membludak. Tetapi bukannya dagangannya terjual habis, malah terjadi kecelakaan yang tidak diharapkan. Salah seorang pengunjung tidak sengaja menyenggol hingga barang kerajinannya jatuh berantakan.

“Aduh, maaf, maaf. Saya sungguh tidak sengaja. Orang di belakang saya mendorong dan membuat saya menyenggol barang bapak...” Sambil tergagap, si pemuda berjongkok dan tangannya segera membantu memungut potongan-potongan kayu yang berserakan. Dari sanalah perkenalan mereka pun berlanjut dengan percakapan yang produktif. Ternyata hasil usaha mereka memadukan patahan dan potongan kayu menjadi utuh kembali, di kemudian hari menjadikannya sebagai ide bisnis membuat mainan puzzle kayu dengan beraneka bentuk. Keduanya pun sepakat menjalin kerja sama. Hasil kerajinan kayu milik si pengrajin, diolah ulang menjadi berbagai mainan kayu susun semacam puzzle.

Singkat cerita, mainan yang berawal dari musibah tersenggolnya kerajinan kayu hingga menjadi patahan-patahan, malah berakhir menjadi tren baru dan membantu orang tua dalam mendidik kreativitas anak-anak dengan permainan puzzle kayu. Sungguh bencana yang membawa hikmah.

Netter  yang luar biasa,

Memang kita tidak pernah tahu, kapan keberuntungan atau kesialan yang akan datang kepada kita. Tetapi setiap keadaan yang terjadi pasti membawa hikmah tersendiri, tergantung bagaimana cara pandang kita terhadap situasi yang muncul, entah hoki jika beruntung atau sebaliknya sial jika bencana yang tiba.

Tetapi jika kita tahu bahwa perubahan pasti terjadi, mari, persiapkan diri untuk tetap berkarya dan berusaha dengan sebaik-baiknya, demi menyambut hadirnya setiap kesempatan yang tak terduga dan berharap membawa keberuntungan bagi kita.

Salam sukses luar biasa!!!

Sabtu, 04 Oktober 2014

Perdebatan yang Tiada Guna


Alkisah di suatu padepokan, ada seorang guru yang sangat dihormati karena sikapnya tegas dan bijaksana. Suatu hari, dua orang murid menghadap kepadanya. Mereka bertengkar hebat dan nyaris beradu fisik. Keduanya berdebat tentang hitungan 3 x 7. Murid pandai mengatakan hasilnya 21. Murid bodoh bersikukuh bahwa 3 x 7 hasilnya adalah 27.

Kata murid bodoh dengan sengit, "Guru. Muridmu mohon keadilan. Jika benar bahwa 3 x 7 = 27 maka kawanku ini harus dicambuk 6 kali oleh Guru. Tetapi kalau dia yang benar bahwa 3 x 7 = 21 maka muridmu ini bersedia untuk memenggal kepala sendiri!!" Murid yang bodoh ini sangat yakin dengan pendapatnya bahwa 3 x 7 adalah 27.


"Katakan Guru, mana yang benar?" desak murid bodoh bersemangat.

Sambil menggeleng-gelengkan kepala, sang guru menjawab, “Pelajaran hari ini bukan siapa salah atau benar. Tapi tentang kebijaksanaan. Bagi murid yang tidak bijak, Guru putuskan hukuman cambuk 6 kali.” Si murid pandai jelas saja protes keras.

"Hukuman ini bukan untuk hasil hitunganmu.. tapi karena kamu tidak cukup bijak. Mau-maunya berdebat dengan orang bodoh yang tidak tahu kalau 3x7 adalah 21!!"

Sang guru melanjutkan, "Lebih baik melihatmu dicambuk dan menjadi arif, daripada harus melihat satu nyawa terbuang sia-sia! Ini peringatan buat kamu agar jangan lagi melakukan perdebatan yang sia-sia".

Netter yang Luar Biasa,

Sering kita sibuk memperdebatkan sesuatu yang tak berguna, entah dengan pasangan kita, rekan kerja atau teman sendiri. Selain hanya membuang waktu & energi untuk hal yang tidak perlu, malahan sering berakhir dengan kemarahan, kejengkelan bahkan kebencian bagi yang kalah, atau kesombongan dan tindakan menghina bagi yang menang. Sungguh tidak berguna alias sia-sia.

Mari membuka diri untuk terus belajar hal yang positif. Tidak merasa kalah saat pendapatnya tidak diterima dan tidak menjadi takabur saat terjadi yang sebaliknya. Selalu bisa menerima dan memahami kelemahan orang lain dan mampu memahami kelebihan orang lain tanpa harus berdebat dengan sia-sia.

Kisah Sebuah Batu Kusam


Alkisah, suatu hari seorang gadis menemukan sebongkah batu kusam di pinggir jalan. Meski hanya batu biasa, si gadis memungutnya dan menyimpannya baik-baik. Bahkan, setiap hari ia menggosok batu itu dengan hati-hati. Batu yang bukan permata itu dan karena terus digosok dan digosok, lama-kelamaan berubah menjadi mengkilat dan bersinar.

Si gadis pun membawa batu itu ke tukang permata untuk diolah menjadi sebuah liontin yang indah. Ajaibnya, di tangan ahlinya batu biasa itu berubah hingga menyerupai batu permata. Begitu berkilau dan sangat indah. Si gadis sungguh gembira melihat batu biasanya bisa berubah begitu rupa. Ia pun memamerkannya pada siapa pun yang dijumpainya. Sudah diduga, semua orang yang melihat mengira batu itu adalah permata yang mahal harganya. Si gadis semakin percaya diri dan selalu memakai liontinnya ke mana pun ia pergi.


Hingga suatu hari liontin batu itu terlepas dari ikatannya. Si gadis baru menyadari lama setelah itu, jadi dia sungguh tak tahu liontinnya hilang di mana. Hal ini membuatnya sangat sedih. Dia pun jadi kehilangan selera makan dan tidak bersemangat. Sampai suatu hari ada seorang kakek yang melihatnya sedang termenung. Bertanyalah si kakek tentang kesedihannya. Si gadis pun menceritakan semuanya.

Setelah si gadis selesai bercerita, berkatalah si kakek, “Anakku, sadarilah semua hal yang telah kamu lalui itu adalah proses menuju keberhasilanmu. Dulu kamu menemukan batu kusam di jalanan. Lalu, kamu mengambil dan menjaganya baik-baik. Selalu menggosoknya hingga akhirnya menjadi mengkilat. Dan di tangan tukang permata, batu itu menjadi lebih indah lagi, mirip permata. Ketahuilah, semua itu hanyalah proses. Dulu kamu tekun menjalani setiap tahapan mengubah batu kusam menjadi sebuah benda yang terlihat berharga. Batu itu sebenarnya hanyalah batu. Keuletanmu menjaganya itulah yang membuatnya lebih bernilai. Lalu, mengapa kamu jadi bersedih hanya karena kehilangan batu itu? Lihat di sekitarmu, masih banyak batu-batu kusam yang dapat kau jadikan batu yang berkilat indah. Ciptakan lebih banyak karya indah yang akan menceriakan hari-harimu dan membuat wajahmu berseri-seri. Itu jauh lebih penting daripada meratapi sebuah batu kusam yang hilang.”

Seketika si gadis diliputi kecerahan dan keceriaan. Dia sudah menyadari kebodohannya. Si gadis pun dengan gembira siap berusaha dan memproses lagi batu kusam menjadi permata.

Netter yang Bijaksana,

Kesuksesan sejati selalu diraih melalui proses perjuangan yang panjang dan berliku. Saat kesuksesan sudah di tangan kita, bisa saja kita mengalami kemunduran, kegagalan, dan kebangkrutan. Tidak usah takut, hidup ini selalu berubah. Jika kita gagal, kita frustrasi; dan saat kita sukses, kita lupa diri. Inilah baru bencana yang sebenarnya. Selama kita bersedia berjuang dari awal lagi dan tekun menjalani langkah demi langkahnya, keberhasilan demi keberhasilan akan kembali pada kita. Dan kebahagiaan akan kembali kita rasakan.

Mundur untuk Melompat Jauh


Suatu hari, seorang murid diajak berkeliling oleh gurunya. Di sepanjang perjalanan, sang guru memberikan berbagai wejangan kehidupan pada muridnya, yang mendengarkan dengan penuh perhatian. Rupanya, inilah hari terakhir sang murid sebelum turun gunung dan mengamalkan berbagai ilmu yang didapatnya.

Kemudian di tepi sebuah hutan, mereka menemukan sebuah sungai kecil yang tidak memiliki jembatan. Karena sungainya tidak terlalu lebar, sang guru dan murid tanpa kesulitan melompatinya sampai ke seberang. Hanya saja, karena langkah kaki dan ilmunya belum sehebat sang guru, si murid harus mengambil ancang-ancang dua langkah ke belakang.


Mereka pun meneruskan perjalanan sembari terus membicarakan banyak hal. Tanpa terasa, jalan mereka pun terus naik dan mendaki hingga kemudian sang guru berhenti di sebuah tebing jurang yang cukup tinggi.

“Nah, kita sudah hampir tiba di tempat tujuan. Sekarang, kita melompat ke ujung bukit di sana,” pesan sang guru yang tiba-tiba langsung melompat tinggi dan mendarat mulus di seberang. “Ayo, lompat!”

Si murid sejenak melongok ke dalam jurang. Meski tak terlalu dalam, tapi itu cukup untuk membuatnya sedikit ketakutan. Melihat itu, gurunya berujar, “Ayo, jangan takut! Itu jaraknya sama dengan sungai yang kita lewati tadi.”

Meski ragu, si murid pun berusaha menuruti gurunya. Ia merasa tak punya pilihan lain. Apalagi, gurunya mengatakan, jaraknya tak lebih lebar dari saat ia menyeberang di sungai yang tadi dengan mudah dilompatinya. Namun, saat berlari hendak melompat, tiba-tiba ia berhenti. Ia ragu-ragu, karena jika salah ambil ancang-ancang, akibatnya jauh lebih fatal dibanding saat melompati sungai.

Karena itu, si murid mencoba mengambil langkah mundur lebih jauh. Setidaknya, ia mundur hampir sepuluh langkah agar ia bisa berlari kencang sebelum melompat. Ketika mengambil jarak lebih jauh, kecepatan larinya berhasil membuat ia berhasil melompat jauh hingga sampai ke seberang dengan selamat.

Sembari mengelus kepala si murid dengan penuh kasih, sang guru memberi wejengan lain. “Muridku, kamu tahu apa yang membedakan lompatanmu saat di sungai dan di tebing jurang tadi? Meski jaraknya sama, keduanya punya tantangan yang berbeda.  Maka, kamu mengambil ancang-ancang mundur lebih jauh saat di tebing jurang untuk memastikan keselamatanmu.

Begitu juga dengan kehidupan ini. Kadang, saat tantangan yang lebih hebat menghadang, kita perlu mundur sedikit lebih jauh. Ini semata adalah upaya kita untuk bisa melompat lebih jauh dan tinggi. Maka, suatu kali nanti, jika kamu merasa mengalami kemunduran, kegagalan, kesulitan, bahkan jatuh.. jangan pernah berputus asa. Barangkali, itu justru langkah mundurmu agar bisa belajar melompat lebih tinggi.”

Netter yang Bijaksana,

Cerita di atas tepat sekali untuk menggambarkan sebuah pepatah bijak: “以退为进 / yǐ tuì wéi jìn” (mundur, untuk melompat jauh ke depan). Jika diresapi maknanya, akan melahirkan kekuatan di tengah hadangan dan terjangan badai kehidupan yang sering terjadi. Bahkan, saat mundur itulah, masa paling suram itulah, jika kita tahan, terus maju, ulet, makin kerja keras maka pintu sukses akan terbuka lebar.

Mari, jadikan setiap momen kesulitan, ujian, dan cobaan sebagai masa belajar dan evaluasi untuk memperbaiki keadaan. Jangan sesali dan jangan pernah mengeluh. Sebab, bisa jadi, ujian terberat itu justru membuka banyak peluang di masa depan.

Salam sukses, luar biasa!